Sabtu, 27 Agustus 2011

REFORMA AGRARIA DALAM SAJAK WIJI THUKUL

Dalam pergerakan, sering kali sajak tidak hanya menjadi alat pencatat sejarah gerakan, melainkan juga sebagai bahan bakar (pembakar semangat), dan juga penerjemahan ide. Sehubungan dengan ide, atau ideologi, ditemukan dalam sajak Wiji Thukul yang berhubungan dengan ide reforma agraria (land reform). Beberapa kutipannya adalah; tanah mestinya di bagi-bagi (Tanah), kami rumput butuh tanah (Nyanyian Akar Rumput). Menurut saya ini luar biasa.

Tahun 1960, semasa kepemimpinan Bung Karno, Indonesia telah berhasil merumuskan sebuah Undang- undang yang luar biasa berkaitan dengan Reforma Agraria, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan UUPA 1960. Penetapan UUPA dapat dipandang sebagai tonggak sejarah paling penting dalam sejarah agraria di Indonesia. (www.kpa.or.id)

Dilihat dari sudut pandang Pancasila sebagai dasar negara (ingat lagu Garuda Pancasila? – Pancasila Dasar Negara...), UUPA 1960 merupakan salah satu produk hukum yang benar – benar dijiwai oleh roh Pancasila. Penjelasan sederhananya adalah; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dapat terwujud apabila adanya keadilan dalam hal kepemilikan tanah. Hal ini juga sejalan dengan visi negara agraris dan keberpihakan negara kepada kaum tani.

Ide yang sangat radikal. Ditetapkan oleh Soekarno, dengan persetujuan DPRGR, saat itu ide ini didukung dan diterjemahkan di lapangan oleh kader Partai Komunis Indonesia dan Partai Nasional Indonesia sebagai barisan pendukung Soekarno. Banyak pihak yang merasa dirugikan. Terutama para tuan tanah, dimana di sebagian besar wilayah jawa, tanah dikuasai oleh kaum ningrat, borjuis dan kyai.

Maka tidak heran – hingga kini – apabila ada penyeru dan aktivis gerakan yang meneriakkan ide reforma agraria, maka disitu pula muncul aroma radikal, kiri, bahkan komunisme. Apalagi bagi orde baru, yang mengidap ‘kiriphobia’.

Wiji Thukul adalah salah satu penyeru ide Reforma Agraria. Menjadi logis ketika dia hilang semasa orde baru. Berikut beberapa sajaknya.


Tanah

tanah mestinya di bagi-bagi

jika cuma segelintir orang

yang menguasai

bagaimana hari esok kamu tani

tanah mestinya ditanami

sebab hidup tidak hanya hari ini

jika sawah diratakan

rimbun semak pohon dirubuhkan

apa yang kita harap

dari cerobong asap besi

hari ini aku mimpi buruk lagi

seekor burung kecil menanti induknya

di dalam sarangnya yang gemeretak

dimakan sapi.

1989-solo


Nyanyian Akar Rumput

jalan raya dilebarkan

kami terusir

mendirikan kampung

digusur

kami pindah-pindah

menempel di tembok-tembok

dicabut

terbuang

kami rumput

butuh tanah

dengar!

Ayo gabung ke kami

Biar jadi mimpi buruk presiden!

juli 1988

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk saran bahkan cacian...